Sampai Kapan?

Sampai kapan manusia berdada busung?
Berkoar dengan kejayaan riwayat lama
Mengutuk hari ini dengan indah hari lepas
Menangisi hari esok dengan raupan hari ini
Mengubur hari lusa dengan ratapan esok hari

Sampai kapan manusia berkepala tegak?
Merajut hidup dengan gemilang masa lalu
Berjalan dengan tolehan ke belakang
Sementara yang di depan mata terabaikan

Kini jiwa dan raga hanya bisa terheran dungu
Melihat mereka menginjak kepala manusia
Tapi masih saja terderung dari mulut manusia,
“Kita tak ada apa-apa dibanding pendahulu?”
Lalu seakan yang terlahirkan adalah kekalahan
Kemudian para pendatang adalah kematian
Atau bisa jadi, tak ada lagi kehidupan

Masihkah berbangga dengan cerita-cerita lama?
Sedang bangsa di belahan sana berpikir keras,
“Apa yang bisa kuperbuat untuk kemajuan manusia?”

Islamic Missions City, 17 Mei 2013 14.33

KEBERLAWANAN


Setelah lama terhayati, segala ciptaan yang ada di jagat raya ini pada akhirnya akan mengerucut pada dua dimensi yang berlawanan. Jika pada wujudnya terlihar samar-samar, sehingga menghilangkan kemutlakan di atas, maka yakinlah, bahwa susunan eksistensi ciptaan, terdasar dari keberlawanan tersebut.
Eksistensi ciptaan, berikut tabiatnya, tidak akan pernah ada hakikatnya jika hanya seorang diri. Lihat, bagaimana anda bisa menyebut sebuah kehidupan, jika tidak ada kematian. Begitu juga laki-laki dengan perempuan, kanan dengan kiri, atas dengan bawah, baik dengan buruk, siang dengan malam, dan lain-lain.
 Begitulah! Jagat raya ini, dengan adanya keberlawanan tersebut, telah didesain Allah dengan begitu seimbang, dinamis dan teratur. Selama sebuah eksistesi memegang identitas ciptaan, selama itu pula ketiga hal tersebut melekat secara lahir dan batin. Lalu kesadaran akan semua ini akan memaksa sebuah eksistensi untuk tunduk simpuh dibawah kebesaran Sang Pencipta.
Akan Kami perlihatkan tanda-tanda kebesaran Kami di alam raya, dan di dalam diri mereka sendiri, agar hakikat itu terlihat jelas bagi mereka. Tidakkah cukup eksistensi alam raya ini menjadi saksi keberadaan Tuhanmu?!
Akan tetapi pada titik ini manusia dimuliakan eksistensinya dengan pemberian hak pilih melalui anugerah akal. Ia sudah memiliki potensi untuk hidup seimbang, dinamis dan teratur, sebagaimana fitrah penciptaannya. Namun pada realitas kehidupan, untuk menemukan ketiga hal tersebut dalam diri seseorang tidak semudah mengedipkan mata, karena ketiganya umpama sebuah jalan di persimpangan. Anda harus melangkah berjalan untuk mendapati kedinamisan. Anda harus tegak agar bisa mengenyam keseimbangan. Adapun titik kulminasinya adalah poros kehidupan anda menjadi teratur.
Titik tekannya adalah bagaimana agar keberlawanan yang ada dalam hidup ini membias pelangi keharmonisan, yang menentramkan jiwa dan menghilangkan sekat-sekat perselisihan.

Bawwabah III, Nasr City, 8 Mei 2013

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Justin Bieber, Gold Price in India