Ada yang bilang bahwa untuk melihat
masa depan, Anda cukup membaca sejarah dengan cermat. Setelah saya renungi dengan
dalam, perkataan orang tadi memang benar adanya. Penemuan-penemuan dalam bidang
ilmu dan teknologi boleh saja mengubah gaya hidup seseorang dan paradigmanya
terhadap hidup. Namun manusia akan tetap menjadi manusia; dengan segala hal
yang berkaitan dengan naluri, tabiat, dan perasaannya.
Apa yang dulu pernah membuat manusia
berperang mati-matian; itulah yang membuat mereka berperang hari ini, besok,
atau lusa. Hasrat untuk berkuasa dan naluri untuk berpengaruh dalam diri
manusia tidak akan pernah berubah; bagaimanapun dan di era mana pun ia hidup.
Begitu juga dengan perasaannya. Ia akan
selalu terpesona oleh keindahan, ia akan selalu tersentuh dan terpukau oleh
kalimat-kalimat mereka yang diabadikan sejarah, ia akan selalu terkesima dan tersihir
oleh kecantikan dan pesona perempuan; tanpa peduli semaju apa ilmu dan
teknologi di masanya.
Dengan begitu, kita tidak sepatutnya
terlalu heran dengan apa yang terjadi di sekitar kita. Jika Anda begitu
terpuruk sedih karena dikhianati orang yang paling Anda percayai; maka sadarlah
saat itu juga bahwa Anda bukanlah orang yang pertama kali dikhianati di atas
muka bumi. Ada banyak orang sebelum Anda yang merasakan perihnya pengkhianatan.
Namun yang menjadi permasalahan adalah
kita begitu malas untuk belajar dari kesalahan orang lain, sampai akhirnya kita
sendiri yang dijadikan pelajaran untuk mereka. Ya. Kita rupanya lebih memilih
untuk merasakan sendiri pelajaran tersebut, ketimbang tersadar lalu sesegera
mungkin mengambil segala bentuk kewaspadaan dan ketelitian untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya pengkhianatan.
Dalam hal ini, apa yang kita baca di
berbagai tempat bahwa seseorang hendaklah mewaspadai temannya seribu kali lebih banyak daripada musuhnya; bukan semata-mata tertulis tanpa ada yang
melatarbelakanginya. Tidak. Di sana ada rentetan tak berakhir dari
pengkhianatan orang-orang terdekat dan tercinta. Hanya saja kebanyakan kita
menganggap perkataan tadi hanya tulisan di atas kertas. Ya. Kita begitu enggan
menyadari esensinya sampai akhirnya kita sendiri yang menjadi korban
pengkhianatan orang-orang terdekat.
Begitu juga ketika Anda --misalnya--
ditinggal pergi oleh perempuan yang begitu Anda cintai. Anda, sebagaimana saya
katakan sebelumnya, tidak perlu terlalu heran dengan apa yang menimpa Anda.
Anda harus paham, bahwa apa yang membuat perempuan di masa lampau begitu egois
lalu mengingkari semua janjinya; itulah yang membuatnya seperti itu saat ini, besok
atau lusa.
Perempuan pada akhirnya akan
meninggalkan Anda saat Anda tidak punya apa-apa, meskipun ia begitu mencintai
Anda; dan memilih laki-laki yang lebih mapan dan menjanjikan cerahnya masa
depan, meskipun ia tidak mencintainya.
Ya. Perempuan tidak akan peduli dengan
janji-janji kesetiaan yang dulu pernah ia ucapkan berulang kali di depan Anda
dalam berbagai kesempatan. Perempuan akan melupakan begitu saja bagaimana ia
memohon-mohon kepada Anda agar Anda tidak meninggalkannya suatu saat nanti. Yang
terlintas dalam benak perempuan hanya bagaimana merealisasikan mimpi dan
obsesinya, dan bagaimana terlihat memukau dan fantastis di hadapan
teman-temannya.
Jika Anda lebih cermat lagi, Anda
seharusnya tidak tertipu oleh bualan beberapa orang yang mengatakan bahwa perempuan
harus dimanja, dimengerti, dan diperhatikan. Sebab perempuan, jika tak lagi
menemukan pada diri Anda apa yang menguntungkannya lahir dan batin; ia pasti
akan meninggalkan bahkan menelantarkan Anda, cepat atau lambat. Tidak hanya
itu, jika Anda sampai pada tahap merugikan perempuan; ia tidak akan segan-segan
lagi untuk mendiskreditkan Anda di hadapan manusia.
[]
Islamic Missions City, 17 April 2017
Ahmad Satriawan Hariadi