Rumahku, rupanya aku terlalu lama meninggalkanmu seorang
diri. Aku tidak tahu sudah berapa purnama yang berlalu, sedang di sana kau
termangu sendiri, melawan sepi dan diam.
Tak ada lagi kau dengar jeritan hatiku, kecewa jiwaku, dan
sesal perasaanku. Tak ada lagi kau iringi diriku serta mimpi-mimpi besarnya,
ataukah jiwaku berikut cekikikan dan tangisnya, ataukah cintaku bersama
harapan-harapannya yang pupus.
Lihatlah, Rumahku! Aku kembali lagi, namun bukan seperti
yang dulu. Kali ini aku kembali dalam keadaan tertawan oleh kebohongan di atas
kebohongan, dan kemunafikan di atas kemunafikan. Kali ini aku kembali,
sementara jiwaku terjajah hasratku yang bodoh dan tolol, hingga aku berharikan
sesal sampai mati.
Maafkan aku, Rumahku! Aku bukan lagi penantang hidup yang
dulu selalu kau elu-elukan. Aku bukan lagi pemilik idealis yang siap
menggulingkan tirani dan kesengsaraan. Aku bukan lagi penyair yang kuasa
menjadikan angin menanyikan senandung ketenangan, ataukah menjadikan terik
sahara menyanyikan alunan ketegaran.
Islamic Missions City, 23 Oktober 2015
Ahmad Satriawan Hariadi
0 komentar:
Post a Comment