Ada beberapa
hal yang sejatinya sangat penting dari perempuan, namun tidak disadari
kebanyakan kaum Adam saat mereka hendak berumah tangga. Penyebab luputnya hal
penting tersebut, menurut pengamatan saya, adalah ketika semua perhatian mereka
tertuju pada apa yang bersifat estetik dari perempuan. Entah itu kecantikannya,
kekayaannya, keluarganya, penampilannya, ibadahnya, ataupun yang lainnya.
Saya sendiri
baru menyadari hal penting ini ketika saya melakukan diskusi santai mengenai
politik dengan salah seorang kawan mahasiswi di sebuah rumah makan. Kemudian
setelah saya renungi, saya mendapati betapa pentingnya kaum laki-laki menyadari
hal tersebut. Oleh karena itu, izinkanlah saya sedikit berbagi dengan anda
lewat tulisan ini.
Lalu apakah
hal penting tersebut?
Saya tidak
perlu berbicara panjang lebar terkait kemajuan teknologi dewasa ini. Berbagai
gadget mutakhir membuktikan bahwa teknologi berhasil mengubah dunia manusia
secara multidimensional. Manusia modern kini benar-benar merasakan kehidupan
yang sesungguhnya --bahkan masih setengah-setengah-- ketika ia bersinggungan
dengan sistem pencernaannya saja. Adapun selebihnya, maka itu adalah gadget dan gadget.
Dengan
penjelasan di atas, paling tidak anda memiliki gambaran terkait hal penting
yang saya maksudkan. Iya, itulah gadget dan dunia perempuan. Jika kita
mengamati realitas kita, sangat susah rasanya memisahkan gadget dari
dunia manusia, bahkan hampir mendekati kemustahilan.
Kemudian
ketika kita tahu bahwa tujuan berumah tangga itu adalah keseimbangan hidup
dunia dan akhirat, maka hal tersebut menuntut adanya interaksi yang sehat
antara suami dan istri. Interaksi yang sehat tersebut adalah aktualisasi dari
kesadaran akan hak dan kewajiban masing-masing. Interaksi yang sehat adalah aktualisasi
dari ketulusan cinta dan kasih antarkeduanya. Interaksi yang sehat adalah
aktualisasi dari semangat yang selalu terbakar untuk menggapai rida Allah swt.
Kita juga
harus tahu, bahwa ketika interaksi itu benar-benar sehat, maka perhatian kita
yang sebelumnya tertuju pada hal-hal yang bersifat jasmaniah terhadap pasangan;
secara perlahan akan terkikis hingga tidak meninggalkan jejak. Karena seluruh
perhatian tertuju pada harapan bersama yang harus direalisasikan. Tak ada lagi
tatapan estetik sebagaimana yang biasa mereka lakukan sebelum berumah tangga
dulu.
Pertanyaan
yang kemudian mucul adalah apakah keseimbangan tersebut --yang menuntut laki-laki
dan perempuan benar-benar hidup di dalam kehidupan riil-- bisa diaktualkan oleh
suami dan istri, yang setiap waktu bersinggungan dengan gadget-gadget
tersebut?
Sebelum
menjawab pertanyaan di atas, kita harus tahu bahwa keseimbangan yang
diaktualkan oleh interaksi sehat, merupakan antitesis dari gaya hidup ala gadget,
yang secara tidak langsung menuntut seseorang untuk mengisolasikan diri dari
ranah sosial.
Tidak hanya
itu, gaya hidup ala gadget sangat berperan aktif dalam hal
keterbelakangan mental seseorang. Bukankah gaya hidup yang tersibukkan oleh
fantasi di dalam gadget-gadget tersebut memperlambat terasahnya
keseimbangan mental karena minimnya interaksi riil dengan sesama?!
Dengan begitu,
kita setidaknya bisa menyimpulkan bahwa keseimbangan berbanding terbalik dengan
lifestyle ala gadget.
Jika adanya
demikian, maka hal yang harus diperhatikan seseorang ketika hendak berumah
tangga adalah keseimbangan ini. Iya, seseorang harus tahu gaya hidup
pasangannya, berikut sejauh mana pasangannya bersinggungan dengan gadget-gadget
tersebut. Setelah itu, ia segera menakar potensi keseimbangan yang bisa direalisasikan,
dengan mengacu pada persentasi interaksi calon istrinya dengan gadget-gadget
itu.
Selain itu, seseorang
harus sesegera mungkin sadar bahwa hal-hal estetik yang senantiasa ia kagumi
dan banggakan dari pasangannya sebelum menikah; tidak akan berarti apa-apa,
ketika istrinya acuh tak acuh terhadap dirinya, karena tersibukkan oleh gadget-gadget
tersebut.
Bahkan potensi
rusaknya kenyamanan rumah tangga menjadi lebih tinggi, mengingat mental sang
istri yang tidak terasah karena jarang bergaul dengan sesama. Lalu anda jangan
heran, jika anda mendapati istri anda begitu labil dan kurang peka terhadap
lingkungan sekitarnya. Anda juga tidak perlu terkejut, jika pertengkaran hebat
bersama istri, bisa saja menjadi keseharian anda.
Oleh karena
itu, bagi anda yang hendak menikah, mulailah dari sekarang memperhatikan hal
ini, meskipun terlihat sepele.
Saya tidak
menafikan sulitnya memisahkan gadget-gadget itu dari kehidupan kita. Namun
saya yakin kalau kita bisa saja mereduksi intensitas kebersamaan kita dengan gadget-gadget
tersebut, agar kita mulai hidup seimbang dari sekarang. Saya juga yakin, kalau
anda sama sekali tidak akan rela, jika anda dinomorduakan oleh pasangan anda.
Anda juga tidak akan rela jika pasangan anda lebih mencintai gadget-nya
daripada anda, selaku suaminya.
Islamic
Missions City, 10 April 2014
Ahmad
Satriawan Hariadi