إنمـــــا المـــرء حـــديـث بعـــــده ***
فكــــن حــديـــثا حسنـــا لمـن روى
"Seseorang, tiada lain adalah bahan
perbincangan orang-orang setelahnya. Oleh sebab itu, jadilah bahan perbincangan
yang baik bagi siapa saja yang datang kepada anda."
Membangun integritas tentu menjadi suatu
keharusan. Apalagi saat-saat sekarang ini, rakyat di negeri ini membutuhkan
sosok-sosok yang tidak hanya beken pada penampilan luarnya saja, atau telah
menggondol berbagai gelar akademik dari universitas-universitas top dunia untuk
memikul amanah rakyat secara multidimensional; baik dalam tataran yang bersifat
personal (eksekutif), maupun yang bersifat kolektif (legislatif). Namun jauh
dari itu, rakyat kita membutuhkan sosok-sosok yang menggunakan imannya sebagai
motor penggerak dan nuraninya sebagai perisai dari pragmatisme yang
oportunistis. Dengan kata lain, rakyat kita membutuhkan sosok-sosok yang mapan
mata hati dan pikirannya, di samping ia memiliki kapabilitas di bidangnya.
Rakyat di negeri ini sudah memiliki daya kritis
yang tinggi. Bagaimana tidak, hari-hari mereka selalu dinaungi janji-janji
murahan para pencari muka. Kini mereka sudah muak, karena terus menerus
dikibuli penguasa-penguasa negeri ini. Kampanye-kampanye yang digelar di
sana-sini, berikut politik uang serangan fajar pada hari H, tentu semakin
mengoyak moral penduduk negeri ini secara khusus, dan karakter bangsa secara
keseluruhan.
Ketidakpercayaan rakyat kepada penguasa sudah
tentu berimbas kepada terganggunya pembangunan nasional secara keseluruhan;
baik sektor ekonomi, pendidikan, pertahanan, dan tentu pembangunan moral
serta pembentukan karakter bangsa. Dan sebagai akibatnya, keadaan tersebut
menimbulkan krisis multidimensional yang melanda negeri ini. Lambat laun,
identitas bangsa kita yang selama ini melekat, akan semakin tergerus, akhirnya bermuara
pada ketiadaan yang hanya tinggal cerita-cerita lama.
Sudah tentu akar dari permasalahan tersebut
adalah kealpaan kita secara keseluruhan dalam mendidik hati dan nurani, lalu
hanya fokus mendidik akal saja. Dan hasilnya seperti yang kita lihat saat ini,
bangsa ini sudah tidak jujur kepada dirinya sendiri. Sekolah dan perguruan
tinggi kita sudah banyak menelurkan para ilmuan dan para pakar dalam berbagai
disiplin ilmu. Namun nyatanya hanya segelintir saja dari mereka yang memiliki
integritas. Mereka pandai mengolah kata dan berorasi di depan massa sambil
mengutuk kebijakan-kebijakan penguasa, namun pada akhirnya termakan juga oleh
ocehannya sendiri saat ia memegang tampuk kekuasaan.
Mendidik hati dan nurani dengan sebaik mungkin,
kemudian ditunjang lingkungan yang mendukung, sudah tentu menghasilkan
integritas yang tinggi. Sehingga kita tidak perlu membayar media massa
mahal-mahal untuk sekedar pamer kebaikan. Atau menyewa orang-orang untuk menyaksikan
kelebihan kita di muka media. Integritas inilah yang menjadi modal utama
siapapun yang ingin menduduki tampuk kekuasaan untuk memupuk kepercayaan rakyat
kepadanya. Bahkan lebih dari itu, ia bakal berbuah surga jika dibarengi dengan
niat yang mulia.
Integritas
merupakan sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga
memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran.
Dengan demikian, di dalam integritas terhimpun berbagai sifat pendukung yang
bisa membuat orang menjadi berwibawa dan terkenal jujur. Di antaranya yang
paling menonjol dari sifat-sifat tersebut adalah kejujuran dan konsistensi,
begitu juga kedermawanan dan kesahajaan. Jika keempat sifat tersebut melekat
dan mendarah daging ke dalam alam bawah sadar, maka bisa dipastikan sifat-sifat
mulia yang lain akan manut.
Jika
kita berkaca pada sejarah, tentu kita akan menemukan sosok yang paling agung
yang pernah dilahirkan manusia. Tidak ada keraguan lagi kalau sosok tersebut
adalah Nabi Muhammad saw. Sosok yang memiliki integritas teragung sepanjang
masa. Beliau telah memaksimalkan empat pondasi integritas tersebut dengan
sebaik mungkin. Tidak ada yang meragukan wibawa dan kejujurannya. Satu kata
untuk nabi kita yang mulia ini, "Sempurna". Beliau telah sempurna
menjadi panutan siapapun yang datang setelahnya. Ada al-Quran yang menjadi
bukti eternalnya. Ia telah disaksikan oleh Tuhan, betapa mulia budi pekertinya.
Lalu memerintahkan hamba-hambaNya untuk meneladaninya.
Jika kita
mendalami filosofi keempat pondasi integritas tersebut, tentu akan sangat
panjang pembahasannya. Namun yang perlu diketahui, keempatnya bersumber dari
satu mata air yang murni. Mengapa demikian, sebab ada banyak mata air imitasi
yang dijadikan landasan oleh manusia. Tiada lain mata air tersebut adalah Iman
yang kokoh. Iman yang dibangun oleh penghayatan yang amat dalam, tentang
keyakinan hati dan ajaran yang dibawa sang Nabi. Jadi, keempat pondasi tersebut
merupakan buah dari apa yang diyakini seseorang dan naluri fitrahnya, sebab
Tuhan telah menjadikan agamaNya mudah dan sesuai dengan fitrah manusia.
Jika demikian
adanya, sudah selayaknya kita berbenah diri mulai saat ini juga. Sebab membangun
integritas tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kita harus tanamkan keyakinan ke
alam bawah sadar kita masing-masing, bahwa integritas yang kita bangun
semata-mata karena Allah, berikut sifat-sifat mulia yang mendukung terbentuknya
integritas tersebut. Hingga akhirnya berbuah surga, muara perjalanan kehidupan
yang didamba hamba-hamba Tuhan.
Tidak hanya
itu, orang yang memiliki integritas sudah pasti disukai semua orang. Namanya akan
harum di tengah-tengah manusia. Ia akan menjadi cerita-cerita indah bagi anak kecil
sebelum tidur. Sebab setiap orang adalah bahan perbincangan orang-orang
setelahnya. Jadi mau tidak mau, kita harus menjadi bahan perbincangan yang baik
dan menarik bagi mereka. Dan tentu, satu-satunya cara adalah membangun
integritas kita masing-masing. [ASH]
Islamic
Mission City, 24 Januari 2012 pukul 00.33 dini hari