Overview Historis Kodifikasi Ilmu-Ilmu Al-Quran



I. Prolog

Lantunan senandung ketenangan yang indah. Menyertai detik-detik yang dilewati manusia. Ia terus dibaca dan dibaca. Tak pelak, ia menjadi kitab suci yang paling banyak dibaca dan dihafal sepanjang masa; sejak diturunkan kepada Muhammad saw, penghulu para Nabi, hingga akhirnya Allah mengambil kembali Al-Quran tersebut ke pangkuanNya, disertai usainya rajutan kehidupan.
Al-Quran diturunkan Allah sebagai petunjuk bagi alam semesta. Ditahbiskan sebagai kalimat terakhir bagi umat manusia yang langsung dari Allah sendiri. Karena dengan Al-Quran, Allah menutup pintu kerasulan dengan mengutus Nabi Muhammad saw, yang menandai teputusnya wahyu dari langit dan menguatkan orisinalitas kesempurnaan Syariat yang dibawa Rasulullah saw, yang tak lekang oleh waktu dan tempat.
Lantas sebagai kitab suci terakhir  yang diturunkan kepada Nabi terakhir, mau tidak mau, substansi maupun esensi Al-Quran harus sesuai dengan perkembangan zaman. Tujuan diturunkannya sendiri, selain sebagai bukti dan penguat kerasulan Muhammad saw, juga sebagai “Petunjuk ke jalan yang lebih lurus dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang beriman yang berbuat baik,” kata Allah menjelaskan fungsi KitabNya di dalam surat al-Isra’ ayat 9. Dalam ayat lain, Allah semakin menguatkan tujuan diturunkannya Al-Quran, “Dan dengan kitab itulah, Allah memberikan petunjuk bagi yang mengikuti keridhaannya, jalan-jalan keselamatan. Dan mengeluarkan  mereka dari kegelapan menuju cahaya seizinNya, sekaligus menunjukkan mereka jalan yang lurus.”(Al-Maidah:16) .
Secara global, Al-Quran yang mulia sebagai pedoman multidimensi, mengandung tiga hal; hukum, hikmah, dan pengetahuan . Ketiga hal tersebut bisa dilihat secara gamblang jika kita mendalami dan mempelajari Al-Quran secara intensif dari pakar-pakar yang mumpuni di bidang tersebut. Di dalam Al-Quran, kita akan menemukan berbagai macam disiplin ilmu, sebut saja Tauhid, Akidah, Fikih, kaedah-kaedah bahasa dan retorika (Balagah), cerita-cerita, arahan-arahan, dan mukjizat yang mengesankan pikiran, menenangkan jiwa, juga mengobati luka hati.
Perhatian terhadap Al-Quran bisa ditinjau dari berbagai acuan. Tinjauan tersebut terkadang mengacu pada pengucapan dan cara membacanya, atau dari gaya bahasa dan kemukjizatannya, begitu juga merujuk pada tulisan dan pengaturannya, atau menengok metode interpretasi dan elaborasi Al-Quran itu sendiri, begitu seterusnya. Inilah yang dinamakan Ilmu-Ilmu Al-Quran.
Karena cangkupannya sangat luas, melihat semua aspek yang berkaitan dengan Al-Quran itu sendiri, maka tidak bisa dikatakan sebagai sebuah ilmu yang berdiri sendiri dengan tema-tema terbatas. Tapi berupa kumpulan spesimen yang  berasal dari berbagai cabang disiplin ilmu, yang pada akhirnya dikaitkan dengan agama dan bahasa. Sehingga penguasaan terhadap ilmu-ilmu Al-Quran ini menjadi sebuah keharusan. Sebab, ia menjadi preamble sekaligus hal yang fundamental dalam ilmu interpretasi dan elaborasi Al-Quran.

II. Masa Prakodifikasi

Selain sebagai konstitusi Ilahi, Al-Quran juga sebagai bukti eternal kerasulan Nabi Muhammad saw yang bisa kita lihat hingga saat ini, bahkan hingga tiba masa kehancuran alam semesta yang fana ini. Hal inilah yang membedakan Al-Quran dengan kitab-kitab suci sebelumnya, dengan cangkupannya meliputi pedoman sekaligus mukjizat, sementara kitab-kitab sebelum Al-Quran hanya terbatas elaborasi pedoman saja. 
Taurat misalnya, ia adalah pedoman Nabi Musa, sedangkan mukjizatnya terdapat pada tangan dan tongkatnya. Atau Injil berikutnya, ia adalah pedoman Nabi Isa, sedangkan mukjizatnya adalah menyembuhkan orang buta sejak lahir dan penyakit sopak, serta menghidupkan orang mati seizin Allah. Jadi,,,,,,,

Bersambung,,,

0 komentar:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Justin Bieber, Gold Price in India