Pembaringan Tua

(Untuk Imam Syafi'i, Waki', Al-Layts, Ibnu Hajar, Jalaluddin As-Suyuthi, Ibnu Daqiq al-'Ied, dll)    
 
aku berdiri di depan pembaringan tua
menyekar tempat terakhirmu melihat dunia
menengadah ke langit untuk kasih dan ketenangan
meski telah lama sebelumku untaian itu mengalir
melihat tempat tidurmu yang harum
hingga pikir menyadarkanku hakikat hidup
bahwa yang abadi hanyalah ilmu yang kau goreskan saat senjakala
sementara jasadmu telah menyatu dengan pijakan
jerih payah dan ketulusan telah mengukir namamu di langit
meski kau tenggelam, generasi esok hari tetap melihat cahayamu
mengagumi lalu berdoa untukmu sepanjang jalan

jika bukan karena ilmu dan goresan itu
kamu seperti ciptaan yang lain
ada, hidup, lalu hilang tak berjejak
tak ada mata yang tertuju padamu

begitulah! keabadian hanya bersama karyamu
bukan kekuasaan yang disalahgunakan
biarkan langit menjadi saksi
aku yang berjalan di atas titianmu
walau bukan seperti wujudmu

20 Desember 2012
(Saat ziarah ke makam para ulama. Mulai kutulis di makam Imam Syafi'i, dan selesai di makam Ibnu Atha'illah)

Inilah Mahasiswa


Masa-masa saat menjadi mahasiswa memiliki rasa dan pengaruh tersendiri bagi yang merasakannya. Saya melihat idealisme terbakar di ubun-ubun mereka, yang kemudian mempengaruhi gaya pikir dan corak hidup mereka. Bahkan, pada masa inilah mereka berusaha menunjukkan eksistensi dengan karya-karya mereka yang muncul ke permukaan. Mereka bekerja seharian, bertekad merampungkan pekerjaan hingga dini hari. Mereka tak peduli dengan sayup-sayup keletihan yang terpancar di wajah mereka. Ya! Inilah mahasiswa.

Di samping obsesi yang tinggi terhadap ilmu dan wawasan yang baru, mereka juga amat peduli dengan konstelasi politik dan hingar bingar bangsa. Mereka keluar ke jalanan, lalu berteriak lantang. Mereka haus akan kebenaran. Mereka benci konspirasi-konspirasi kotor para penguasa negeri. Mereka ingin, maling-maling itu dipancung di hadapan mereka sendiri. Ya! Inilah mahasiswa.

Namun kehidupan mahasiswa tidak seindah yang anda bayangkan. Meskipun mereka adalah tulang punggung keseimbangan bangsa, tapi kebanyakan mereka hidup dalam ketidakseimbangan. Skala prioritas hidup mereka hanya tertulis rapi dalam angan-angan dan perkataan, sementara mereka sendiri dalam kebingungan. Ide-ide inspiratif mereka rupanya berbanding terbalik dengan tingkah laku mereka sehari-hari. Meskipun akhirnya kita sadar, kalau kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa. Ya! Inilah mahasiswa.

Jika selama ini pakar psikologi menyatakan bahwa kelabilan hanya menjadi corak hidup remaja, maka saya tidak sepenuhnya setuju dengan pernyataan ini. Saya melihat jiwa mahasiswa jauh lebih labil. Mereka akan berdecak kagum dengan hal baru yang membuat hati mereka terkesima. Lalu secara pelan-pelan mengaguminya secara diam-diam. Mereka bahkan sangat idealis saat melihat lawan jenis mereka. Bagi mereka, lawan jenis merupakan ladang yang paling empuk untuk belajar metode kritik. Ya! Inilah mahasiswa.

Jika anda bertanya, apakah yang paling diinginkan oleh mahasiswa? Apakah kesuksesan? Apakah pasangan yang jelita? Apakah strata pendidikan yang tinggi? Maka saya menjawab, semuanya memang diinginkan oleh mereka. Namun tahukah anda apa yang paling mereka inginkan? Jawabannya adalah “pengakuan”, yaitu pengakuan atas eksistensi. Para pemangku kebijakan di negeri ini seperti pura-pura tidak tahu, kalau yang paling mereka butuhkan adalah pengakuan. Ya! Inilah mahasiswa.

Akhirnya, saya berkesimpulan, kalau masa-masa mahasiswa adalah masa-masa kejayaan dalam hidup. Sebab, pada masa inilah wujud karakter seseorang mulai mencapai derajat kesempurnaan. Apakah itu berupa karakter keilmuan, karakter pribadi, ataupun yang lainnya.  Pada masa inilah kematangan potensi diri termanifestasi dalam kehidupan sehari-hari. Pada masa inilah orang-orang mulai mengenal siapa dia sesungguhnya. Pada masa inilah tabiat menjadi sempurna, yaitu tabiat yang bakal ia bawa sampai mati kelak. Ya! Inilah mahasiswa. 


Islamic Missions City, 15 Desember 2012

Hingga Masaku Tiba

hingga masaku tiba
langkah menunjukkanku dua wajah mereka
persepsiku pun membias sedih dan duka

hingga masaku tiba
masa-masa bimbang hanya bermuara pada diam
hari esok pun menjadi kelam tak ada mentari

hingga masaku tiba
obsesi darah muda adalah simbol kegigihan
yang menghancurkan tirani yang tak bernurani

hingga masaku tiba
jalinan sepasang ciptaan sebelum masanya hanyalah awan kelam
yang menyebabkan hujan tangis sepanjang jalan

hingga masaku tiba
kesungguhan dan kesabaran adalah mata air kehidupan
yang menjadikan tegar di tengah ketidakpedulian

hingga masaku tiba
ketenangan dan kedamaian ada pada simpuh tulus
hingga akhirnya kembali ke pangkuan keesaan


 
H-6, 20 Muharram 1434 H 09.37

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Justin Bieber, Gold Price in India