Ada hal yang
sungguh mengherankan dari dunia ini, yang dampaknya hanya ingin membuat kita
mencela dan mencela. Iya, hanya ingin membuat kita mengutuknya dengan
seburuk-buruk kutukan. Hal tersebut adalah kedengkian.
Mengapa harus
ada kedengkian di dunia ini?! Mengapa harus ada darah yang bersimbah karena
kedengkian ini?! Mengapa yang harus menjadi korban dari kedengkian ini adalah mereka
yang berhati mulia dan berjasa besar?! Mengapa hanya mereka yang berhati busuk
saja yang selalu memenuhi rongga kehidupan ini?!
Aku terus saja
mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas. Meraba-raba kemungkinan-kemungkinan
yang ada, sementara lidah menjadi kelu. Menerawang cakrawala pikirku dalam senyap. Hingga akhirnya aku terhenti pada kesimpulan yang membuatku
menghembuskan napas panjang.
Iya, orang-orang
yang berhati mulia tidak akan pernah mengecap indahnya kehidupan. Karena kebahagiaan
di atas muka bumi ini yang dilihat oleh manusia; hanyalah fatamorgana, yang
hanya terlihat, namun tidak ada wujudnya.
Iya, dunia ini
bukan tempat orang berhati mulia untuk mencari kebahagiaannya. Dunia ini
hanyalah tempat orang berhati busuk untuk merealisasikan kebusukannya. Orang
berhati busuk hanya bisa kebakaran jenggot tiap kali mendengar kebaikan orang
berhati mulia. Kebahagiaan orang berhati busuk hanya terwujud, jika orang
berhati mulia menderita dengan sesadis-sadisnya penderitaan.
Bahkan jika
orang berhati mulia masih bersikukuh menyebarkan aroma ketenangan jiwa, maka
solusi terbaik bagi orang berhati busuk adalah menyingkirkan orang berhati
mulia dari pentas kehidupan. Iya, bagi orang berhati busuk, orang berhati mulia
harus dimusnahkan hingga tak meninggalkan jejak.
Iya, hanya orang
berhati busuk-lah yang merasakan bahwa dunia ini adalah kebahagiaan. Hanya
orang berhati busuk-lah yang mengira bahwa akhir dari segalanya adalah dunia
dan dunia. Hanya orang berhati busuk-lah yang menganggap bahwa kebanggaan
adalah ketika manusia mencium-cium kakinya.
Sedangkan orang
berhati mulia hanya tahu bahwa ia hanyalah seorang pengembara. Pengembara yang
tidak tahu makna keluangan. Pengembara yang tidak tahu makna kenyamanan.
Pengembara yang tidak tahu makna keamanan. Pengembara yang tidak tahu makna
ketenangan. Jika adanya demikian, bagaimana ia bisa memahami makna kebahagiaan?!
Jika anda
merasakan bahwa di dunia ada kebahagian, maka merenunglah lebih dalam lagi.
Jika belum merasakannya juga, maka waspadalah, karena kedengkian sudah
menggerogoti langkah-langkah anda. Dunia sudah menjelma gadis jelita yang
jenjang dan bermata lentik. Gadis cantik yang menyihir hari-hari anda dengan harapan kosong hingga
menutup mata.
Islamic
Missions City, 21 April 2014
Ahmad Satriawan Hariadi
Ahmad Satriawan Hariadi
0 komentar:
Post a Comment