Malam
ini, presiden Mesir terpilih Jenderal Abdul Fattah al-Sisi, baru saja
menyampaikan pidato perdananya kepada segenap rakyat Mesir. Dengan ini pula,
Mesir memasuki era baru, yaitu era al-Sisi. Di sisi lain, masih terekam pula di
dalam ingatan kita sebelas bulan yang lalu, tatkala al-Sisi mengumumkan
pemakzulan presiden Muhammad Mursi.
Dengan
pemakzulan Mursi oleh al-Sisi pada tahapan pertama, kemudian kemenangan mutlaknya
di dalam pemilihan presiden 2014 ini; tiada lain merupakan rentetan manuver politik
Sang Jenderal yang --secara kasat mata-- sangat mudah terbaca. Apalagi jika
kita melihat kampanye tidak langsung yang dilakukan media-media sejak kejatuhan
Mursi. Tidak ada yang wah dari semuanya.
Kini,
al-Sisi benar-benar menjadi orang nomor satu di negeri Firaun ini secara de
facto maupun de jure. Mulai saat ini pula, kita akan disuguhkan tontonan demi
tontonan yang bakal menampilkan sejauh mana kapabilitas al-Sisi di dalam
memimpin bangsa yang dijuluki oleh al-Maqrizy, sebagai bangsa yang tidak
sabaran dan keras kepala. Apakah lebih baik dari Mursi? Apakah sebaliknya?
Saya
rasa, bagi anda yang menaruh kebencian dengan al-Sisi, tidak perlu lah terus
menerus terkungkung dalam kebencian anda. Karena sesaat lagi anda bakal
menyaksikan bagaimana tertatanya hikmah Tuhan di dalam kehidupan hamba-Nya.
Jika
al-Sisi memang benar-benar mau bekerja untuk memajukan Mesir, maka tidak
selayaknya anda menghalangi dia dengan terus mengutuk dan membunuh karakternya.
Namun jika ujung dari manuver politiknya selama ini adalah untuk memperkaya
kroninya dan mengekang kebebasan rakyat dalam menyampaikan aspirasi mereka,
maka pada titik inilah anda harus yakin, bahwa ia pada akhirnya bakal seperti
Mubarak. Bahkan lebih buruk.
Iya,
anda mungkin menganggap bahwa ini hanya sekedar asumsi belaka. Namun jika anda
merenungi tabiat 'kediktatoran' lebih dalam, tentu anda akan percaya sepenuhnya
bahwa pada akhirnya, mereka yang berhati busuk, bakal dikucilkan oleh sejarah
dan orang banyak. Kediktatoran, sebagaimana kata seorang pemikir, tidak hanya
merusak diri sang diktator, tetapi meluluhlantahkan seluruh potensi rakyatnya. Rakyat
Mesir tentu tidak akan tinggal diam jika pemimpinnya ugal-ugalan, sementara
kemiskinan dan kemerosotan merajalela.
Kemudian
bagi anda, yang mengelu-elukan al-Sisi, jangan terlampau senang dulu. Ini hanyalah
permulaan, di mana keadaan secara perlahan akan menyingkap siapa al-Sisi
sesungguhnya, bagaimana kemampuannya, berikut keadaan rakyat Mesir di bawah kepemimpinannya.
Benarkah
sosok yang dijuluki oleh salah seorang guru kita sebagai al-Faris an-Nabil
(pahlawan yang cerdas) ini bisa menjadikan Mesir menjadi negara terkemuka di
dunia? Benarkah al-Sisi bagi rakyat Mesir layaknya Nabi Musa bagi Bani Israil,
sebagaimana kata salah seorang dosen kita, bisa memberantas kemiskinan dan
ketertinggalan multidimensional rakyat Mesir? Inilah yang bakal kita lihat
nantinya.
Kita
hanya bisa berdoa untuk kebaikan negerinya al-Azhar. Negeri para ulama. Negeri
para penghafal Alquran. Semoga Allah swt melimpahkan rahmat dan taufik-Nya
kepada seluruh penduduk negeri ini. Semoga kezaliman dan kediktatoran tidak
lagi mendapatkan tempatnya di negeri ini. Amin..
Islamic
Missions City, 3 Juni 2014
Ahmad
Satriawan Hariadi
0 komentar:
Post a Comment