Move On

Hidup dalam bayang-bayang kemurungan hanya akan membuat hari-hariku menjadi mati. Hidup dalam bayang-bayang kesedihan hanya akan membuat bunga-bunga harapan menjadi layu. Hidup dalam bayang-bayang pesimisme hanya akan menyisakan jasad tak bernyawa.
 
Begitulah akhirnya aku sadar, bahwa jika aku terus murung, sedih, dan pesimis; maka sebaiknya aku mundur saja dari pentas kehidupan ini. Aku juga sadar bahwa mulai saat ini, aku harus move on. Tidak sepantasnya aku terus-terusan meratapi kasih yang tak sampai itu. Tidak sepantasnya aku terus-terusan mengutuk keadaan yang tidak kunjung mau bersahabat denganku.

Bagiku, gadis itu adalah hadiah jiwa di penghujung masaku menimba ilmu di Al-Azhar. Karena setelah empat tahun keras membatu, hatiku akhirnya luluh juga oleh sosok yang berjiwa malaikat itu. Aku pun mulai optimis, bahwa pasak jiwaku kini telah berada di pelupuk mataku. Tetapi bagaimanapun optimisnya diriku, tetap saja roda hidup tak selamanya berjalan sesuai harapan. Karena di seberang sana, selain bingung dengan perasaannya sendiri, hati si gadis masih tetap dingin membeku.

Masa depan boleh saja menyatukanku dengan gadis asing pilihan Mamak dan Bapak. Masa depan bisa saja mengikatku dengan gadis yang eksistensinya masih disembunyikan takdir. Namun masa depan tetap tidak akan pernah punya kuasa atas hatiku. Tetap tidak akan pernah punya kuasa atas perasaanku. Iya, hati dan perasaanku telah dimiliki oleh gadis itu.

Aku tidak peduli dengan cinta satu arah ini. Aku tidak peduli dengan apapun yang dia katakan kepadaku. Aku tidak peduli dengan sikap dan penilaiannya terhadapku. Aku hanya tahu, setiap kali aku merindukan dia, aku selalu menengadah ke langit, sembari berdoa agar ia selalu tenang, damai, dan semangat menggapai mimpinya. Aku hanya tahu, setiap kali aku melihat bayangannya hadir di benakku, hatiku selalu berdesir, “Tuhan, jangan jadikan aku sebagai penghalang jalannya menuju-Mu.” Aku hanya tahu, bahwa aku merasa bahagia dan tenang, saat aku tahu bahwa ia baik-baik saja.

Kamu mungkin mengatakan bahwa Setan telah berhasil mempermainkan hati dan perasaanku. Kamu mungkin berasumsi bahwa Setan telah menyihir pandanganku, hingga  kawah dosa pun berubah menjadi taman ibadah di mataku. Namun aku tetap tidak peduli. Itu semua karena aku tahu sepenuhnya, bahwa hawa nafsuku sama sekali tidak mempunyai tempat di sini. Jika langkah ini terdikte oleh nafsuku, sudah tentu kamu melihatku sebagai sosok yang paling egois. Tapi nyatanya hatiku selalu condong untuk mengalah untuk kebaikan dia, dan menerima sepenuhnya semua keputusan yang dia ambil, meskipun harus menyisakan perih hingga akhir hayatku.

Bagaimanapun juga, gadis itu telah menuliskan kisahnya di hatiku. Lalu aku akan menjadi sangat naif jika terus bersikukuh untuk melupakannya. Bagaimana mungkin aku sanggup melupakan orang yang telah terkubur di dadaku. Dia akan selalu ada di manapun aku menginjakkan kaki, bahkan sampai menutup mata.

Namun tahukah kamu apa yang lebih naif dari yang di atas? Iya, aku akan seribu kali lebih naif, jika terus menerus murung, bersedih, dan pesimis. Aku harus yakin bahwa hanya Tuhan yang tahu apa yang terbaik untuk hidupku sepenuhnya. Aku tidak boleh berputus asa karena keadaanku yang begitu menyedihkan ini. Karena hanya orang-orang yang tidak percaya Tuhan-lah yang berputus asa dari rahmat-Nya.

Akhirnya aku pun harus yakin bahwa aku harus tetap bernapas, harus tetap bergerak, dan harus tetap berusaha menggapai mimpiku. []


Islamic Missions City, 14 Juli 2014
Ahmad Satriawan Hariadi

0 komentar:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Justin Bieber, Gold Price in India