Kita belum dikatakan memiliki prinsip, jika belum merasakan pahit
getirnya cobaan, saat memegang teguh prinsip hidup yang kita anut. Misalkan
saya berprinsip bahwa ketika kata cinta diungkapkan, maka itulah pertaruhan
harga diri dan kemulian jiwa. Beratnya tanggung jawab, sungguh tak terelakkan.
Cobaan yang menghampiri tidak hanya dari luar saja, tapi dari dalam diri
kita. Bahkan cobaan dari dalam diri jauh lebih berat dan menguras pikiran.
Mengapa? Karena hal demikian menuntut konsistensi tingkat tinggi dan keteguhan
jiwa. Sisi rasionalitas harus selalu dikedepankan.
Apalagi jika hal tersebut berkaitan erat dengan tuntutan agama, yang
dengan tegas menyuruh kita untuk menjaga harga diri, menunaikan kewajiban, dan
konsisten.
Apa sih cobaan yang lebih berat daripada ajakan lembut sang hawa untuk
membangun tatanan abstrak yang bernama cinta, sementara kita belum kuasa?!
Merajut hubungan karena luapan emosional yang tak terbendung, sementara tujuan
jangka panjang hubungan suci itu masih ambigu. Saya tidak siap.
Itulah mengapa kesendirian itu masih betah sampai saat ini. Saya
cenderung menikmati ejekan teman-teman terkait kesendirian saya yang belum juga
berakhir.
10 Mei 2014
Ahmad Satriawan Hariadi
0 komentar:
Post a Comment